Leani Ratri Langsung Bidik Paralimpiade 2028, Ini Targetnya
Atlet Para Badminton Indonesia Leani Ratri Oktila masih berambisi tampil di Paralimpiade 2028 Los Angeles. Ia ingin mendapatkan emas ganda.
Leani tercatat back to back menjadi juara Olimpiade di sektor ganda campuran. Ia telah mengemas dua keping emas dari Paralimpiade 2020 di Tokyo dan, yang terbaru, di Paris 2024.
Kian istimewa mengingat catatan positif itu diraihnya dari dua pasangan berbeda. Di Tokyo, ia berpartner dengan Hary Susanto, sedangkan di Paris bersama atlet muda Hikmat Ramdani.
Leani sejatinya juga mampu mengantongi satu emas lainnya dari ganda putri bersama Khalimatus Sadiyah, pada saat di Tokyo 2020. Sayangnya, di Paris nomor tersebut tak dipertandingkan.
Baca juga: Paralimpiade 2024: Ramdani/Leani Sumbang Emas Pertama Indonesia |
Alhasil, ia hanya main di nomor mixed dan individu. Di nomor individu putri, Leani mempertahankan medali peraknya.
Meskipun sudah meraih tiga medali emas dan dua perak, ambisi Leani Ratri Oktila belum surut. Ia bertekad tetap tampil di Los Angeles, empat tahun mendatang.
“Iya benar ini Paralimpiade kedua bagi saya, tapi di 2028 saya masih berharap main di sana. Tapi tetap mengikuti arahan ketua umum (NPC Indonesia), saya boleh turun atau menjadi pelatih nantinya,” kata Leani Ratri saat menjawab pertanyaan detikSport.
Leani saat ini berusia 33 tahun. Selain mempersembahkan medali emas Paralimpiade, Leani juga telah mengantongi enam gelar juara di nomor tunggal, campuran, dan ganda putri mulai 2017 hingga 2024.
Baca juga: Kontingen Paralimpiade Indonesia Tiba di Tanah Air, Disambut Sukacita |
Dia juga langganan juara di ajang multievent Asian Para Games dan ASEAN Para Games. Pengalaman dan prestasinya itu pula yang mungkin bisa membawanya menjadi pelatih para badminton kelak. Tapi Leani yakin masih mampu bersaing meskipun nomor yang akan diikuti kemungkinan hanya ganda.
“2028 saya berharap ada double jadi saya bisa turun di double. Enggak single sih karena double termasuk nomor andalan saya juga sama Khalimatus,” kata Leani.
“Dari usia enggak bisa bohong, lalu baru melahirkan juga. Mengejar ketertinggalan itu sebenarnya saya sudah menambah training dan latihan-latihan tapi harus diakui China lebih unggul,” tuturnya menjelaskan soal kendala main di tunggal.
Leani juga merasa beruntung karena orang-orang sekitarnya terus mendukung apa yang menjadi mimpinya. “Support keluarga, pelatih, karena saya yang dulunya sedikit wide training, sekarang harus lebih untuk mengembalikan performa lagi. Tapi ternyata tak tercover untuk single. Saya rasa, saya kurang latihan keras lagi. Harus lebih ditambah lagi.”
(mcy/krs)